SANGA DESA, INFOSEKAYU.COM - Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia sangat dibutuhkan daerah dalam memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama pada daerah memiliki lahan gambut yang rawan kebakaran.

Hal ini disampaikan Wakil Bupati Musi Banyuasin Beni Hernedi saat menutup Pelatihan Sekolah Lapang Petani Gambut Provinsi Sumatera Selatan yang difasilitasi BRG di Desa Nganti Kecamatan Sanga Desa, Sabtu (15/8/2020).

Menurut Wabup pelatihan tersebut sangat penting dilakukan di Kabupaten Muba untuk menciptakan kader-kader, yang dapat mengajak dan mencegah masyarakat membuka lahan tanpa membakar sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan kebun dan lahan (karhutbunlah).

"Ini (Sekolah Lapang Petani Gambut) adalah salah satu solusi mencegah membuka lahan tanpa membakar," ujarnya.

Kepada para peserta Beni berpesan, ilmu yang didapat dari pelatihan itu supaya disebarkan didesa masing-masing dengan membuat suatu demonstrasi plot.

"Kepada peserta yang mengikuti kegiatan hari ini khususnya yang berasal dari Kabupaten Muba jika ingin membuat demonstrasi di desa silahkan berkoordinasi dengan dinas terkait dalam hal ini Dinas TPHP Muba, nanti akan kita support. Semoga apa yang kita lakukan ini akan menjadi contoh bagi daerah lainnya," ucap Beni.

Dalam kesempatan yang sama Camat Sanga Desa Hendrik SH MSi mengungkapkan Sekolah Lapang Petani Gambut dilaksanakan selama lima hari diikuti 23 orang peserta yang berasal dari Kabupaten Muba, Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten OKI, dengan narasumber dari BRG.

"Kami dari pemerintah dan masyarakat Kecamatan Sanga Desa Mengucapkan terima kasih kepada pihak penyelenggara dan narasumber yang memberikan edukasi kepada masyarakat kami," kata Hendrik.

Ia juga melaporkan di Kecamatan Sanga Desa ada tiga desa yang mempunyai lahan gambut yakni Desa Nganti, Air Balui dan Desa Jud I.

"Memasuki musim kemarau alhamdulillah desa-desa tersebut sampai saat ini belum ada titik api," ungkapnya.

Kasubpokja Sosialisasi dan Pelatihan BRG Deasy Efnidawesty SHut MSi dalam paparannya menuturkan luasan lahan gambut di seluruh Indonesia, sekitar 15 juta hektar, namun areal BRG hanya 2,6 juta. Luasan 2,6 hektar tersebut merupakan lahan pasca terjadinya kebakaran pada tahun 2015 lalu.

"Yang jadi target BRG adalah desa yang mengalami kebakaran pada tahun 2015 silam, kita tidak ingin kejadia tersebut terulang kembali," tuturnya.

Dikatakannya untuk 23 orang peserta ini selanjutnya akan menjadi kader Sekolah Lapang Petani Gambut, dimana setelah ini akan membuat kebun demonstrasi secara swadaya didesa masing-masing.

Sementara itu Kades Nganti Erik mewakili peserta menyampaikan pesan dan kesannya setelah mengikuti pelatihan itu. Dikatakannya setelah mengikuti sekolah lapang petani gambut selama beberapa hari, sangatlah bermanfaat khususnya bagi petani karena bisa mengenal cara pengelolaan lahan tanpa bakar dan cara pembuatan pupuk organik non kimia.

"Jarang sekali ada pembelajaran seperti ini, kami kagum sekali mendapatkan pembelajaran dari narasumber yang bisa bercocok tanam tanpa menggunakan pupuk kimia. Dan kami peserta sangat senang, mudah-mudahan ini bisa diterapkan didesa kami," tutup Kades Nganti.
Share To:

redaksi

Post A Comment: