Jirak, Infosekayu.com - Walau dilanda Pandemi Covid-19 tidak menghalangi Kelompok Bina Tani Organik (BTO) Desa Jirak Kecamatan Jirak Jaya Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) melakukan usaha pertanian organik meski tidak lupa mematuhi protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

Kegiatan CSR panen perdana padi Sri Organik Kelompok Bina Tani Organik Jirak bersama Pt Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo menuju 1 hektar 10 ton padi, demikian dikatakan Camat Jirak Jaya Yudi Suhendra SE MSi  kepada media ini.

Kata Yudi, kita mulai memasuki musim panen walau sekarang kita sedang dilanda pandemi Corona Virus, pemerintah membatasi masyarakat untuk melakukan kegiatan diluar rumah, mereka dianjurkan berdiam diri dirumah saja. Walau demikian Kelompok Tani “Bina Tani Organik Jirak” tetap berjuang mempertahankan kehidupannya melalui kegiatan tani berkelanjutan dan memastikan kebutuhan pangan di Desa Jirak dan sekitarnya.

Tetapi saya menganjurkan kepada kelompok tani tersebut janggan lupa mematuhi protokol kesehatan dalam kaidah-kaidah pencegahan Covid-19 tersebut, tegas Yudi.

Desa Jirak lanjut Camat yang terkenal dekat dengan masyarakat ini, merupakan desa yang memiliki potensi lahan persawahan seluas 334 Hektar namun dari luasan tersebut ternyata baru dikelola sekitar 167 Hektar saja untuk pereawahan.

Hal ini dapat dimaklumi tambah Yudi, petani tidak mau ambil resiko karena sering mengalami kegagalan baik seranan hama, ancaman dan perubahan cuaca hingga bencana alam seperti banjir. Namun sekarang di Desa Jirak ini terdapat Kelompok tani Bina Tani Organik Jirak yan dibentuk sebagai wadah pembelajaran pertanian organik atau biasa disebut Pertanian Sehat Ramah Linkungan Berkelanjutan (PSRLB).

Dijelaskan Camat, kelompok tani ini dibentuk dari beberapa orang petani dari masing-masing warga yang berada di Desa Jirak berjumlah 14 orang termasuk Kepala Desa Jirak sebagai anggota kelompok dengan total luas sawah Sri Organik yang ditanam 1.6 Hektar.

Tentusaja pasti ada tantangannya seperti mengenai tata cara petani konvensional yakni dengan menggunakan pupuk kimia dan pertisida atau sering disebut warga racun hama kimia, yang lambat laun bisa merusak kesuburan tanah serta habitat ekosistem alami ditanah persawahan tersebut.

Akibatnya Lanjut Camat, angka produksinya dibawah standar tidak sesuai dengan harapan hasil panennya. Contoh dalam satu lubang tanam, ditanam 6-8 bibit padi dalam 45 hari hanya menghasilkan sekitar 15-20 anakan padi, sehingga satu sama lain anakan padi tersebut berebut nutrisi didalam tanah dan juga rusaknya kesuburan tanah akibat banyaknya menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia.

Akhirnya, dalam 1 hektar rata-rata petani hanya mampu memproduksi padi dengan gross sekitar 1 ton saja, angka ini sangat jauh dibandingkan dengan petani di jawa yang rata-rata hasil panenya sudah di angka 5 ton bahkan lebih.
Melihat kondisi demikian, apalagi letak lahan persawahan yang bertetanggaan dengan fasilitas operasi dan produksi, PT Pertamina EP Asset 2 melaksanakan program CSR yakni pendidikan, penelitian, pelatihan dan pendampingan program budidaya Padi SRI (Sustainable Rice Intensification) kepada para petani di Desa Jirak, terang Camat.

Pertamina EP bekerjasama dengan Konsultan Pertanian Carios yang didatangkan dari Ciamis kemudian memulai program tersebut sejak 15 April 2019. Ruang lingkup program meliputi pendidikan, penelitian, pelatihan dan pendampingan.

Pendidikan, diartikan sebagai upaya edukasi dengan membuat sekolah lapangan yang dilaksanakan rutin setiap bulan, supaya memberikan pemahaman kepada para petani bagaimana cara bertani yang efektif, efisien dan ramah lingkungan, dengan memanfaatkan lahan seminimal mungkin untuk hasil semaksimal mungkin. Diantara pendidikan ini juga diajarkan bagaimana cara memanfaatkan bahan-bahan organik disekitar desa seperti rumput, kotoran hewan, urine hewan, sampah sayur dan buah, buah maja, keong dan sebagainya sebagai bahan baku pembuatan pupuk padat dan cair dengan fermentasi, yang akan diinjeksi ke tanah dan disemprot ke tanaman yang berfungsi sebagai penyubur dan juga pencegah hama alami.

Pelatihan, diartikan sebagai upaya untuk memberikan skill praktik kepada para petani tentang pembuatan berbagai pupuk padat organik, pupuk cair dengan Mikroorganisme Lokal (MOL) yang dapat dibuat dari nasi basi, urine sapi, buah maja, bekicot dsb. Juga memberikan pelatihan tentang cara pembibitan, penyemaian, penanaman, perawatan tanaman dan juga penganganan hama, jelas Yudi.

Kemudian ada Pendampingan yakni upaya untuk mendampingi para petani dengan menerjunkan langsung konsultan lapangan yang mendampingi para petani selama 24 jam di Desa Jirak kecamatan jirak jaya kabupaten musi banyuasin binaan PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo, sehingga tahapan-tahapan kegiatan program dapat diarahkan, dimonitor, dilatih dan dilaksanakan sesuai dengan kaidah pertanian yang benar dan sesuai dengan jadwal yang ditentukan, dengan begitu para petani diajarkan kedisiplinan dalam menerapkan kaidah-kaidah tersebut.

Pada kegiatan panen ini, adalah bagian dari keseluruhan tahapan tersebut, khsusunya tahapan penelitian, yakni untuk membuktikan bahwa lahan padi yang tersedia di desa jirak dapat menembus angka target 10 Ton dengan metode SRI.

Angka 10 Ton tersebut bukan merupakan angka angan-angan belaka, melainkan angka perhitungan yang disepakati antara Pertamina EP dan para petani sebagai angka target, mengingat dengan metode SRI organik ini yang diutamakan adalah produktifitas dari setiap jengkal lahan, bukan kuantitas atau luasan lahan belaka. Sebab, apabila petani berpikir dengan membuka lahan yang lebih luas akan lebih banyak produksinya, meskipun hal itu tidaklah salah, namun jauh lebih penting apabila lahan garapan yang tersedia dimaksimalkan, sehingga effort yang sama akan menghasilkan produksi yang berbeda.

Pada panen perdana di tengah wabah covid19 yang melanda Indonesian ini, berdasarkan perhitungan diketahui bahwa 1 hektar menghasilkan 7.4 Ton, hasil ini masih di bawah angka target 10 Ton namun jauh lebih tinggi dibandingkan angka produksi sebelum program CSR yakni 1 ton saja. Tentu hal ini membuktikan bahwa kelompok “Bina Tani Organik Jirak” telah berjuang untuk mencukupi kebutuhan pangan di desa jirak dan sekitarnya di tengah wabah covid19,mereka adalah para pejuang pangan untuk masyarakat yang memastikan cukupn ya kebutuhan pangan diwilayahnya,sebagaimana PT.Pertamina EP Asset 2 tetap bekerja untuk memastikan kebutuhan BBM di Indonesia.

Setelah panen ini akan dievaluasi bersama agar para petani dapat mencapai angka 10 Ton.Meski begitu, para petani mengaku sangat terkejut dengan pencapaian ini, mengingat sepanjang sejarah pertanian di desa tersebut belum pernah mencapai produksi 7.4 ton/hektare, apalagi tanpa membeli dan menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia, karena pupuk dan pestisida organik dapat diproduksi sendiri dan ramah lingkungan.

Selain dihadiri Camat Jirak Jaya Yudi Suhendra SE MSi, hadir juga Danramil, Kapolsek Sungai Keruh, Asmen LR Pertamina EP Assets 2, Kepala Desa Jirak serta masyarakat Desa Jirak.
Share To:

redaksi

Post A Comment: