Jakarta (Kemenag), InfoSekayu.com- Berdasarkan data astronomi, akan
terjadi Gerhana Bulan Total (GBT) pada 31 Januari 2018 atau bertepatan dengan
14 Jumadil Ula 1439H.
Dirjen
Bimas Islam Muhammadiyah Amin menjelaskan bahwa hampir seluruh kawasan
Indonesia dapat mengamati GBT ini. Awal gerhana diperkirakan mulai pukul 20:48
WIT, 19.48 WITA, atau 18.48 WIB.
“Puncak
gerhana akan terjadi pada pukul 20.29 WIB, dan akhir gerhana bulan total pada
pukul 22:11 WIB,” ujarnya di Jakarta, Kamis (25/01).
Sehubungan
itu, Muhammadiyah Amin mengajak umat Islam untuk melaksanakan Salat Gerhana
atau Salat Khusuf. Menurutnya, Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama telah
menerbitkan seruan kepada para Kepala Kanwil Kemenag untuk
menginstruksikan Kepala Bidang Urusan Agama Islam/Kepala Bidang Bimas
Islam/Pembimbing Syariah, Kepala Kemenag Kabupaten/Kota, dan Kepala KUA untuk
bersama para ulama, pimpinan ormas Islam, imam masjid, aparatur pemerintah
daerah dan masyarakat untuk melaksanakan Shalat Gerhana Bulan Parsial di
wilayahnya masing-masing.
“Pelaksanaan
shalat gerhana disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing,”
katanya.
Adapun
tatacara Salat Gerhana adalah sebagai berikut:
a. Berniat di dalam hati;
b. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa;
a. Berniat di dalam hati;
b. Takbiratul ihram, yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa;
c.
Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah
dilanjutkan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil
dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits
Aisyah: “Nabi Saw. menjaharkan (mengeraskan) bacaannya ketika shalat
gerhana.”(HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901);
d. Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya;
d. Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya;
e.
Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu Liman
Hamidah, Rabbana Wa Lakal Hamd”;
f. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
g. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;
f. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama;
g. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya;
h.
Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal);
i. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;
j. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
k. Salam.
i. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali;
j. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya;
k. Salam.
Setelah
itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk
berdzikir, berdo’a, beristighfar, bersedekah.
Dalil
1. Dan dari sebagian tanda-tanda-Nya adalah adanya
malam dan siang serta adanya matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada
matahari atau bulan tetapi sujudlah kepada Allah Yang Menciptakan keduanya.
(QS. Fushshilat : 37)
2.
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda Allah SWT.
Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya.
Bila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah hingga
selesai fenomena itu. (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
3.
Ketika matahari mengalami gerhana di zaman Rasulullah SAW, orang-orang
dipanggil shalat dengan lafaz : As-Shalatu jamiah". (HR. Bukhari).
*Mari Gerakkan Ummat untuk Melakukan Sholat GERHANA (Khusuf)
Berjamaah di Masjid2 dan Musholla*
(Edp)
Post A Comment: