Infosekayu.com - Bulan Ramadan sudah di depan mata. Berbagai program sudah mulai diagendakan. Mulai dari anggaran belanja Ramadan, menghafal doa-doa puasa, ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca dalam shalat tarawih, bersih-bersih rumah dan bahkan sampai tradisi-tradisi khas daerah ikut mewarnai dalam menyambut bulan penuh berkah ini.
 Menjelang Ramadan banyak kaum Muslimin yang berziarah ke kubur, nyekar dan kalau di Jawa dikenal dengan istilah nyadran,dan lain-lain. Selain itu, juga ada  tradisi-religius,seperti baca tahlil, yasinan, selamatan, unggahan ,yang sengaja untuk menyambut tamu agung ini.
  Pertanyaannya, dalam rangka menyambut puasa Ramadan, apakah ada anjuran khusus untuk melakukan ritual-ritual atau ibadah khusus, seperti ziarah kubur,nyekar, atau nyadran,unggahan,dan lainnya ? Inilah pertanyaan yang perlu kita ketahui jawabannya. Apakah dianjurkan atau justru bid’ah yang dilarang dalam syariat Islam ?.
Persiapan Mental
  Sepengetahuan penulis dalam al-Qur’an maupun hadits, belum ditemukan tuntunan khusus tentang persiapan dalam bentuk ritual atau ibadah khusus dalam menghadapi bulan Ramadan. Belum penulis temukan ayat al-Qur’an maupun Hadits yang menganjurkan secara khusus untuk melakukan tradisi atau ritual seperti nyekar, nyadran,dan ritual lainnya.Yang paling mungkin adalah persiapan mental saja, karena akan berpuasa selama sebulan penuh. Sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam al-Qur’an :” Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. ( S.al-Baqarah : 183).
 Selain persiapan mental juga adalah persiapan ilmunya seperti : rukun-rukun puasa,  hal-hal yang membatalkan puasa, waktu puasa, amalan-amalan sunnah dalam berpuasa,dan sebagainya. Dan terkait persiapan ilmu ini sebenarnya bukan hanya masalah puasa tapi juga yang lainnya seperti shalat kita diwajibkan untuk mengetahui ilmunya. Dengan mengetahui ilmunyalah kita bisa melaksanakan ibadah puasa ini dengan benar.

 Jauhi Bid’ah
 Umat Islam memang sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan amal-amal shalih sebagai bekal dan investasi di akhirat kelak. Tanpa beribadah dan beramal shalih, seseorang tidak akan mendapat pahala dan sekaligus merupakan pengingkaran kepada Khaliqnya. Bahkan diciptakannya jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Apapaun kegiatannya, hendaklah berorientasi pada ibadah dan taqarrub hanya kepada-Nya. Masalahnya, dalam Islam telah diatur kaidah dan rumus-rumusnya, agar ibadah dan amal shalih kita tidak keluar dari syariah Islam yang justru dinilai bid’ah, suatu perbuatan yang dilarang Allah SWT dan Rasul-Nya.
 Ancaman terhadap bid’ah dan ahli bid’ah itu amat keras. Banyak ayat-ayat al-Qur’an secara tidak langsung, begitu juga hadits-hadits Nabi dengan cara langsung mengancam terhadap bid’ah dan ahli bid’ah. Sampai ada sebuah hadits mengatakan bahwa ahli bid’ah itu anjing neraka. Dalam hadits yang lain Nabi saw bersabda :” Allah enggan menerima ibadat ahli bid’ah, kecuali kalau ia sudah meningalkan bid’ahnya itu”. (HR.Ibn Majah).
 Rumus yang paling mudah terkait dengan bid’ah adalah : Bid’ah adalah mengada-ada, membuat hal yang baru dalam keagamaan, yakni dalam bidang aqidah dan  ibadah mahdhoh. Dan jika terkait masalah mu’amalah, keduniaan tidak ada larangan bahkan dianjurkan oleh Islam selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an maupun sunnah Rasul.Untuk itu, dalam melakukan tradisi-tradisi atau ritual-ritual seperti nyadran,nyekar, ziarah kubur,hendaklah jangan sampai terbalut dengan syirik . Niati berziarah kubur dan berdoa mengikuti sunnah Nabi.
Begitu halnya tradisi yang sudah berlaku di tengah masyarakat seperti niga hari, nujuh hari, empat puluh hari dalam ta’ziyah kematian dengan membaca tahlil, yasinan, doa’, boleh dilaksanakan selama niatnya ditekankan ( taharri) pada bacaan tahlil, yasinan dan doa. Jika niatnya penekannya pada ‘niga hari, nujuh hari dstnya’ tidak dikenal dalam Islam, untuk itu masuk kategori bid’ah yang dilarang syariah Islam. Wallaahu A’lam Bisshowab.(LS)
Share To:

redaksi

Post A Comment: