Palembang, infosekayu.com- Gerbong light rail transit (LRT) Palembang, kini tengah dikerjakan PT Industri Kereta Api (INKA). BUMN tersebut memenangkan tender pengadaan delapan gerbong kereta ringan tersebut dengan nilai kontrak Rp388 miliar. Perusahaan yang berpusat di Madiun, Jawa Timur itu, diberi waktu 18 bulan untuk membuatnya, terhitung Desember 2016. Yakni setelah kontrak antara PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku operator LRT Palembang dengan PT INKA, pada 21 Desember 2016.

“Artinya, pada April 2018 akan diserahkan dua transit (gerbong, red). Kemudian, Juni enam transit,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Pemprov Sumsel H Nasrun Umar, melalui Kabid Perkeretaapian, Afrian Jhon. Delapan gerbong yang diserahkan dua tahap tersebut, dalam kotraknya dengan masa perawatan selama empat bulan. Sementara dari paparan PT INKA, kedatangan material pada Juli 2017. Sedangkan komponen umum, sistem pengereman maupun pintu mesin, dan AC, bertahap pada November 2017.

Untuk spesifikasi teknis, lanjut Jhon, terdiri atas kereta pengikut tanpa kabin masinis (Trailercar=T), dengan berat 32 ton. Kemudian Motorcar (MC) yakni kereta penggerak tanpa kabin masinis, masing-masing 33 ton. “Kapasitas didesain, satu meter persegi empat orang,” urainya. Dalam sekali jalan, tiga transit (gerbong) mampu mengangkut 379 orang penumpang. Rinciannya, gerbong depan dan belakang masing-masing 121 penumpang. Sedangkan gerbong tengah 177 penumpang.

Lanjut Jhon, untuk desain tempat duduk, berhadapan mirip bus Transmusi. Sehingga formasi penumpang paling banyak berdiri. Tapi menurutnya hal itu tidak masalah, sebab goncangan LRT sangat minim karena menggunakan tenaga listrik. “Teknologi LRT ini sangat canggih. Jadi tidak akan ada masalah,” klaimnya.

Terpisah, Project Management Unit (PMU) Penyelenggaraan dan Percepatan LRT Palembang, Ahmad Wahidin, menyebut pengoperasionalan LRT masih dikaji. Melihat kebutuhan, termasuk jam operasionalnya. “Apakah 24 jam atau tidak,” katanya. Termasuk jumlah gerbong yang berjalan. Dari delapan gerbong, bisa jadi hanya empat yang dioperasionalkan. Dua di jalur kanan, dua di jalur kiri.

“Kita juga harus melihat revenue dan tingkat penumpang (load factor, red) sebab ini mempengaruhi biaya operasional,” sebutnya. Artinya, jumlah gerbong yang berjalan menyesuaikan jumlah penumpang yang naik. Misalnya, sambung Wahidin, pada jam sibuk seperti di bandara banyak pesawat yang landing. “Otomatis dioperasionalkan tiga transit (gerbong, red),” katanya. Begitpun, pada malam hari. Tidak mungkin dioperasionalkan semua, sebab penumpang pasti tinggal sedikit. “Yang jelas, LRT akan memberikan pelayanan 24 jam bagi transportasi masyarakat,” klaimnya. (NL)

Share To:

redaksi

Post A Comment: