Sungai Lilin,
Infosekayu.com - Miris apa yang harus dirasakan oleh keluarga Hermanto dan
Siti Hairatno warga Dusun III Desa Srigunung Kecamatan Sungai Lilin, betapa
tidak putri keempat mereka Siska Andiyani di usianya saat ini menginjak 18
tahun, ia harus melawan penyakit lupus
yang dideritanya selama dua tahun terakhir, bahkan karena penyakit yang ia
derita, Siska Andiyani terpaksa harus putus sekolah.
"Kalau tidak panas seperti orang sehat saja, tapi
sewaktu-waktu badan saya bisa saja panas dan langsung drop," ujarnya.
Dengan wajah sendu, ia mulai menceritakan awal mula penyakit
lupus itu muncul sekitar tahun 2015.
"Ketika itu tiba-tiba muncul seperti uap merah di
tangan, saya mengira biasa saja karena tidak merasa apapun. Namun lama kelamaan
badan saya panas, sempat dibawa ke klinik di Sungai Lilin. Dokter pun sempat
memvonis beberapa penyakit mulai dari Typhus hingga Malaria," bebernya.
Karena sudah berulang kali berobat Siska tak kunjung
sembuh, bapak dan ibunya membawa dia
berobat ke RSUD Sungai Lilin. Dia langsung diperiksa oleh dokter spesialis
penyakit dalam.
"Baru dokter itulah menduga saya kena penyakit lupus
dan disarankan untuk uji lab langsung di RS Palembang," jelasnya.
Dari hasil lab itulah akhirnya diketahui, Siska menderita penyakit lupus.
"Kalau untuk cek lab, kami masih pakai uang pribadi.
Nah setelah itu kami berobat memakai Kartu keluarga. Hampir dua minggu sekali
saya kontrol di RS Sungai Lilin sekitar sebulan sekali ke Sekayu untuk
berobat," jelasnya.
Namun, akhir - akhir ini untuk berobat Siska dan Keluarga
dibuat pusing dengan adanya kabar bahwa di Kabupaten Muba tidak melayani lagi
berobat secara gratis. Ia mengaku
bingung mau berobat ke mana lagi, karena ia tidak punya kartu asuransi
kesehatan (askes) lain seperti BPJS Kesehatan ataupun Kartu Indionesia Sehat
(KIS).
"Kabar yang kami dengar itu belum jelas kalau ada yang
bilang masih bisa namun ada juga tidak bisa lagi. Kalau untuk berobat sendiri
kami tidak mampu karena biaya berobatnya sangat mahal ," jelasnya.
Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, ayah siska bertani di
samping buruh serabutan sementara ibunya
tidak bekerja. Saat ini mereka tinggal di rumah sederhana berdindingkan papan.
Mereka tinggal di jalan masuk ke arah Desa Sukadamai Baru (B5).
Siti, ibu Siska,
mengungkapkan meski sudah ada kabar bahwa masih bisa berobat memakai KK
atau KTP, namun ia mengaku masih takut membawa anaknya ke RSUD Sekayu.
"Nanti kalau sudah sampai di RS ternyata tidak gratis
kami bingung, mana sekarang belum ada uang untuk ongkos," jelasnya.
Siti pun sangat berharap bantuan pemerintah untuk pengobatan anaknya baik
melalui KK ataupun KIS.
"Saat ini Siska hanya berobat kampung saja, paling
kalau badan nya panas kami kasih obat penurun panas, sedangkam obat khusus
untuk penyakitnya harus ngirit kalau resepnya 2 kali sehari ini diminum sekali
saja untuk menghemat," jelasnya.
Sementara itu Yus Sekretaris Desa (Sekdes) Srigunung
membenarkan, Siska dan keluarganya tidak terdaftar dalam KIS. Namun ia mengaku akan segera mendaftar
keluarga tersebut agar masuk dalam KIS.
"Kami sudah mendapat surat edaran dari
kabupaten untuk mendata warga yang belum terdaftar KIS. Nanti keluarga Siska
akan dimasukkan, untuk sementara ini kita akan memberitahukan bahwa berobat di
RSUD Sekayu masih bisa memakai KK," katanya. (red/rmol)
http://www.rmolsumsel.com/read/2017/01/30/65417/1/Kena-Lupus,-Gadis-Muba-Tak-Punya-Ongkos-ke-RS-
Post A Comment: