Oleh : Hendra Wijaya*
Pagi ini (12/4), sengaja berjalan menyusuri pasar pagi atau pasar talang jawe sekayu. Kesan macet yg dulu begitu akrab dan menjadi pemandangan awam di pagi hari, kini tidak lagi terlihat. Kendaraan yg melintas baik dari "darat" atau "laut" sebenarnya ramai, tapi cukup lancar.
Sampai pada titik simpang, menuju pasar di dalam atau di samping toko Nurul elektronik, kesan becek sdh terasa, Kotor dan berbau. Mengingat, kota sekayu beberapa hari ini rutin diguyur hujan. Tak terkecuali areal pasarpun demikian.
Masuk lagi melangkah ke dalam, beraneka dagangan, daging, ayam, mainan, sembako, buah-buahan hingga baju dan pakaian, dijajakan oleh para pedagang. Dijejer, digantung, bahkan digelar apa adanya pada lapak-lapak yang sudah berumur, dari papan yg sudah mulai lapuk, sudah reot.
Jalan dalam pasar tersebut diatapi terpal dengan tali bersilangan, agak semrawut, setinggi orang dewasa. Walau dirasa masih sangat kurang tinggi bagi yg berbadan tinggi menjulang. Jalan yg masih basah itu, bercampur debu berwarna hitam kecoklatan. Belum lagi jalan yg berlobang, tergenang air, juga berwarna kuning kecoklatan.
Lebar jalan yang saya lewati, tak lebih dari 2 meter, itu pun belum lagi ditambah dengan lapak dagangan, motor, bahkan becak yang berlalu lalang di jalan itu. Semakin membuat jalan bagi pembeli semakin kecil dan menyempit. Jauh dari kesan bersih dan nyaman.
Lalu pertanyaan saya muncul, "akankah kita terus menikmati pasar seperti ini?" Lalu, Pertanyaan selanjutnya, "kapan kita bisa menikmati pasar rakyat yang bersih, rapi dan nyaman?"
Saya tantang pemerintah untuk mewujudkannya dengan segera.
(*mahasiswa asal sekayu)
Post A Comment: